back ground

Change Background of This Blog!


Pasang Seperti Ini

pencarian

"google translate"

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 20 Desember 2011

-Konseling teman sebaya sebagai alternatif penyelesaian masalah remaja




Keeratan, keterbukaan, dan perasaan senasib muncul di antara sesama remaja dapat menjadi peluang bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Disisi lain beberapa karakteristik psikologis remaja, misalnya emosional, labil, juga merupakan tantangan bagi efektifitas layanan terhadap mereka. Pentingnya teman sebaya bagi remaja tampak dalam konformitas remaja terhadap kelompok sebayanya. Konselor sebaya bukanlah konselor profesional atau ahli terapi. Mereka adalah para siswa (remaja) yang memberikan bantuan kepada siswa lain di bawah bimbingan konselor ahli. Dalam konseling sebaya, peran dan kehadiran konselor ahli tetap diperlukan. Dalam model konseling ini terdapat hubungan Triadik antara konselor ahli, konselor teman sebaya dan konseli teman sebaya.
Demikian dikatakan Dr.Suwarjo, dosen Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNY dalam seminar pengembangan ilmu pendidikan di ruang Serbaguna FIP, baru-baru ini. Lebih lanjut, Suwarjo memaparkan bahwa saat seorang remaja mendapatkan sebuah masalah, mereka lebih banyak sharing (curhat) kepada teman sebaya) daripada kepada guru atau orang tua. Hal ini disebabkan karena sesama remaja tahu persis lika-liku masalah itu dan lebih spontan dalam mengadakan kontak.
Masih menurut doktor bidang BK ini, konselor sebaya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial memungkinkan terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal. Kontak-kontak yang demikian memiliki multiplying impact pada berbagai aspek dari remaja lain. Bahkan, dapat menjadi jembatan penghubung antara konselor profesional dengan para siswa (remaja) yang tidak sempat berjumpa dengan konselor.
“Sesuai dengan kemampuannya, konselor sebaya diharapkan mampu menjadi sahabat yang baik. Ia minimal menjadi pendengar aktif bagi teman sebayanya yang membutuhkan perhatian. Selain itu, ia juga mampu menangkap ungkapan pikiran dan emosi di balik ekspresi verbal maupun non verbal, berempatik tulus, dan bila memungkinkan mampu pecahkan masalah sederhana tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar